Generasi Online, Generasi Lemah Iman
Tiada hari tanpa online, begitulah kira-kira fakta yang kini terus
terkuak ke permukaan, semua orang terkoneksi pada 1 kata "Online".
Salahkah? Tentu saja tidak, hanya saja fakta sudah tak terbantahkan
bahkan online menjadi sebuah penyakit yang sangat menahun dan akan
menjadi bagian yang paling berbahaya dimasa depan, bahkan saya berani
bilang jika Generasi Online adalah Generasi Lemah Iman. Mengapa bisa?
Ini yang akan saya ungkap untuk pembaca setia Manajemen Emosi.
Secara pelan namun pasti, online menjadi sebuah kebutuhan, bahkan
sebagian orang tidak bisa berbuat banyak tanpa online. Semua
diselesaikan dengan online, pekerjaan via online, mencari uang via
online bahkan semua diselesaikan dengan 1 kata "ONLINE". Hanya saja
rata-rata orang yang menggunakan jasa online tidak menyadari 1 hal,
bahkan online adalah alat bukan tujuan, bukan kepuasan dan bukan jalan
satu-satunya. Tak jarang orang menjadi stres tanpa online, malahan ada
yang begitu tersiksa baru beberapa menit saja putus jaringan dan tidak
bisa online. Mengapa ini terjadi? Karena telah menjadi generasi Online.
Mengapa generasi online jadi lemah iman?
Iman itu tak bisa ditawar-tawar, untuk kaum muslim bahwa iman itu
segalanya, namun kenyataannya tidak, online terus tanpa tahu waktu, tak
lagi peduli waktu sholat, tak peduli waktu makan bahkan tak peduli lagi
bagaimana hidupnya dan pergaulannya dengan lingkungan sekitar. Tak
jarang, mereka-mereka yang doyan online, lebih senang menyendiri, lebih
suka bergaul dengan orang lain lewat online, daripada bertemu dengan
saudara-saudara mereka sendiri. Buah dari semua ini adalah 1 hal. SESAT.
Berikut ciri-ciri Generasi Online, Jika anda memiliki ciri-ciri ini, maka bersegeralah untuk berubah dan merubah tabiat anda :
1. Gak online 1 menit, sudah galau alias gelisah, tapi meninggalkan sholat 5 waktu terasa enteng.
2. Ada orang meninggal dunia di dunia maya begitu sigap, dan selalu
mengucapkan bela sungkawa yang mendalam, namun tetangga sebelah
meninggal, acuh tak acuh.
3. Lebih seneng berdialog dengan orang lain via online dari pada bertemu.
4. Lebih sedih tak online dari pada ibu atau saudaranya yang sakit.
5. Berfikir instant, maunya yang gampang-gampang dan suka mengahayal
6. Doyan dengerin lagu, liat film dari pada mendengar ceramah atau nasehat, kalapun ada nuansa ceramah, kuping langsung panas.
Ciri diatas sudah saya tanyakan langsung dari mereka-mereka yang setiap
harinya kerja online dan anda tahu bagaimana hidup mereka? BERANTAKAN.
Meluruskan niat online
Online dan apapun itu harus dipahami sebagia alat, bukan tujuan. Anda
online tentu saja boleh, namun anda harus sadar bahwa anda punya teman,
punya saudara, punya pergaulan di lingkungan. Anda, kita dan kamu dimana
berapa telah di setting oleh Tuhan Yang Maha Kuasa harus bergaul dengan
orang lain, bersilaturahim, saling mengunjungi, saling menyapa satu
sama lain. Artinya TIDAK ONLINE. Ini penting, ketika seseorang cenderung
online, dan jarang bertemu dan bertatap muka langsung dengan orang
lain, ia akan jadi individu yang sempit fikirannya, bersifat individual,
bersikat apatis, arogan mudah marah dan mudah tersinggung.
Kebiasaan online yang bisa menjauhkan anda dari sembahyang itu jelas
sebuah kesesatan yang nyata. Alahkah meruginya jika anda online tapi
kebiasaan online itu justru menjadi malapetaka di kemudian hari.
Lalu bagaimana mengatasi kebiasaan jelek para generasi online ini? Berikut tipsnya
1. Anda online jika anda punya tujuan, tak punya tujuan jangan online
2. Pahami bahwa anda online dengan niat baik, bahwa online hanya untuk mencari ridho-Nya.
3. Online itu nomer 2 dan silaturahim itu nomer 1.
4. Kurangi online anda, semakin sering anda online penyakit ketagihan
dan menjadi generasi online membuat anda jadi lupa pada semua
5. Kurangi bergaul dengan mereka-mereka yang doyan online
6. Mulailah mendatangi tempat ibadah anda, dan merenunglah
7. Lihatlah kedua orang tua anda, apa yang sudah anda berikan dengan online anda, manfaatkah atau malah sebaliknya.
Generasi online kah anda?
0 komentar:
Posting Komentar