Kaum muslimin rahimakumullah!
Setiap
manusia, apalagi sebagai muslim, tentu mendambakan kehidupan yang
menyenangkan di dunia ini, bahkan kalau perlu seolah-olah dunia ini
menjadi milik kita. Untuk bisa merasakan kehikmatan hidup di dunia ini,
ada tiga perkara yang harus dicapai oleh seorang muslim, hal ini
disebutkan dalam hadis Nabi,
"Barangsiapa
yang di pagi hari sehat badannya, tenang jiwanya, dan dia mempunyai
makanan di hari itu, maka seolah-olah dunia ini dikaruniakan kepadanya." (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Untuk memahami lebih dalam tentang apa yang dimaksud oleh Rasulullah saw, hadis di atas perlu kita pahami dengan baik.
Badan yang Sehat
Badan
yang sehat merupakan suatu kenikmatan tersendiri bagi manusia yang
tidak ternilai harganya, rasanya tidak ada artinya segala sesuatu yang
kita miliki bila kita tidak memiliki kesehatan jasmani. Apa artinya
harta yang berlimpah dengan mobil yang mahal harganya, rumah yang besar
dan bagus, kedudukan yang tinggi dan segala sesuatu yang sebenarnya
menyenangkan untuk hidup di dunia ini bila kita tidak sehat. Oleh karena
kesehatan bukan hanya harus dibanggakan dihadapan orang lain, tetapi
yang lebih penting lagi adalah harus disyukuri kepada yang
menganugerahkannya, yakni Allah SWT.
Kesehatan
badan bisa diraih dengan mencegah dari segala penyakit yang akan
menyerang tubuh dan mengatur segala keseimbangan yang diperlukannya.
Oleh karena itu, tubuh manusia punya hak-hak yang harus dipenuhi, di
antara hak-hak itu adalah bersihkan jasmani bila kotor, makan bila
lapar, minum bila haus, istirahat bila lelah, berlindung dari panas dan
dingin, berobat bila terserang penyakit, dll. Ini merupakan salah satu
bentuk dari rasa syukur kepada Allah yang harus kita tunjukkan. Bentuk
syukur yang lain adalah memanfaatkan kesehatan jasmani dengan segala
kesegaran dan kekuatannya untuk melakukan berbagai aktivitas yang
menggambarkan pengabdian kita kepada Allah SWT.
Namun,
yang amat disayangkan dan ini diingatkan betul oleh Rasulullah saw
adalah banyak manusia yang lupa dengan kondisi kesehatannya. Saat sehat
ia tidak mencegah kemungkinan datangnya penyakit, tidak memenuhi hak-hak
jasmani dan tidak menggunakan kesehatannya itu untuk melakukan
aktivitas pengabdian kepada Allah sehingga pada saat sakit, barulah ia
menyesal dengan penyesalan yang sangat dalam.
Rasulullah saw bersabda,
"Ada dua nikmat yang sering dilalaikan oleh kebanyakan manusia, yaitu kesehatan dan waktu luang." (HR Bukhari).
Jiwa yang Tenang
Hal yang tidak kalah pentingnya dari badan yang sehat adalah jiwa yang tenang, sebab apa artinya manusia memiliki jiwa yang sehat bila jiwanya tidak tenang, bahkan badan yang sakit sekalipun tidak menjadi persoalan yang terlalu memberatkan bila dihadapi dengan jiwa yang tenang, apalagi ketenangan jiwa bila menjadi modal yang besar untuk bisa sembuh dari berbagai penyakit.
Jiwa
yang tenang adalah jiwa yang selalu berorientasi kepada Allah SWT,
karena itu, orang yang ingin meraih ketenangan hidup dijalani kehidupan
dengan segala aktivitasnya karena Allah, dengan ketentuan yang telah
digariskan Allah dan untuk meraih ridha dari Allah SWT. Dengan demikian,
sumber ketenangan hidup bagi seorang muslim adalah keimanan kepada
Allah SWT dan ia selalu berzikir kepada Allah dengan segala aplikasinya.
Allah SWT berfirman yang artinya,
"Orang-orang
yang beriman dan hati mereka menjadi tentram (tenang) dengan mengingat
Allah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenang." (13: 28).
Oleh
karena itu, keimanan kepada Allah yang merupakan sumber ketenangan akan
membuat seorang muslim merasa senang untuk mendapatkan beban-beban
berat dan tidak ada kegelisahan sedikit pun di dalam hatinya dalam
menjalankan tugas-tugas yang berat itu. Abu Na’im dan Ibnu Hibban
meriwayatkan bahwa para sahabat Nabi bahu-membahu membawa satu persatu
batu bata yang besar untuk membangun masjid. Tetapi, Ammar
bin
Yasir justru membawa dua tumpukan batu bata besar. Ketika Nabi
melihatnya, beliau membersihkan debu dari kepala Ammar sambil bersabda,
"Wahai Ammar, tidakkah cukup bagimu untuk membawa seperti yang dilakukan
para sahabatmu?" Ammar menjawab, "Saya mengharapkan pahala dari Allah."
Lalu Nabi bersabda, "Sesungguhnya Ammar memiliki keimanan yang penuh
dari ujung rambut sampai ke ujung kakinya atau tulangnya."
Disamping
itu, seandainya kematian akan menjemput dirinya, keimanan kepada Allah
dengan segala aplikasinya tidak akan membuat seorang muslim takut kepada
mati, bahkan ia akan menyambut kematian itu dengan jiwa yang tenang,
Allah pun memanggilnya dengan panggilan yang menyenangkan,
"Hai
jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku dan masuklah
ke dalam surga-Ku." (89: 27 -- 30).
Dengan
demikian, jiwa yang tenang membuat kehidupan manusia bisa dijalani
dengan sebai-baiknya dan memberi manfaat yang besar, tidak hanya bagi
dirinya tetapi juga bagi orang lain, sedangkan kematiannya justru akan
menjadi kenangan manis bagi orang yang hidup dan ia akan mendapatkan
kebahagiaan yang hakiki dengan masuk ke dalam surga dengan segala
kenikmatan yang tiada terbayangkan.
Makanan yang Cukup
Makanan, termasuk di dalamnya adalah minuman, merupakan kebutuhan yang sangat pokok dalam kehidupan manusia. Kesehatan manusia tidak bisa dipertahankan bila ia tidak makan dan tidak minum, bahkan tidak sedikit orang yang semula memiliki kekuatan iman tidak bisa lagi dipertahankan keimanannya karena lapar, sedangkan bila situasinya sangat darurat, seorang muslim pun terpaksa harus memakan sesuatu yang pada dasarnya haram untuk dimakan, namun apakah seorang muslim bisa untuk berlama-lama dalam situasi darurat?
Oleh karena itu, memiliki makanan yang cukup atau perekonomian yang memadai merupakan suatu
kenikmatan
tersendiri dalam hidup ini, sedangkan bila kondisi kehidupan seseorang
dalam keadaan lapar, dan ia tidur dalam keadaan yang demikian, maka hal
itu merupakan sesuatu yang sangat jelek, karenanya Rasulullah saw selalu
berdoa sebagaimana terdapat dalam hadits:
"Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari lapar, karena ia adalah teman tidur yang paling jelek." (HR Abu Daud, Nasa’I, dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah).
Untuk
bisa memenuhi kebutuhan pangan, seorang muslim sangat dituntut untuk
mencari nafkah, baik untuk diri maupun keluarganya, apalagi bila ia bisa
membantu orang lain seperti anak yatim, fakir miskin, dan sebagainya.
Itu sebabnya, orang yang mencari nafkah secara halal dan terhormat
(bukan dengan cara mengemis atau meminta-minta) sangat dimuliakan oleh
Allah SWT. Karenanya setiap muslim harus bersungguh-sungguh dalam
mencari nafkah guna memenuhi kebutuhannya. Bila sudah terpenuhi dan
selalu bisa dipenuhi kebutuhan nafkah diri dan keluarganya, maka hal ini
merupakan suatu kenikmatan dalam kehidupan dan iman bila dipertahankan
dan ditingkatkan kualitasnya pada masa-masa mendatang. Paling tidak,
salah satu faktor yang membuat seseorang bisa menjadi kufur telah
teratasi.
Kaum muslimin rahimakumullah!
Demikian
tiga faktor penting yang membuat manusia bisa dikatakan memperoleh
kenikmatan dalam hidupnya di dunia yang sangat berpengaruh pada upaya
memperoleh kenikmatan di akhirat kelak.
0 komentar:
Posting Komentar