kawulo

Foto Saya
PUTRA WAROCK PONOREOG
Jl.Bromo no:38A,Rt 03 Rw 01 Dsn Caru Ds Bajang Kec. Mlarak.Kab.Ponorogo, jawa timur, Indonesia
TEBARKAN PESONA CIPTAKAN SEMANGAT DIRI
Lihat profil lengkapku

SING MELU

BATORO KATONG





PEMBAWA ISLAM PERTAMA & LEGENDARIS PONOROGO

Raden Katong, yang kemudian lazim disebut Batoro Katong, bagi masyarakat Ponorogo mungkin bukan sekedar figur sejarah semata. Hal ini terutama terjadi di kalangan santri yang meyakini bahwa Batoro Katong-lah penguasa pertama Ponorogo, sekaligus pelopor penyebaran agama Islam di Ponorogo.

Batoro Katong, memiliki nama asli Lembu Kanigoro, tidak lain adalah salah seorang putra Prabu Brawijaya V dari selir yakni Putri Campa yang beragama Islam. Mulai redupnya kekuasaan Majapahit, saat kakak tertuanya, Lembu Kenongo yang berganti nama sebagai Raden Fatah, mendirikan kesultanan Demak Bintoro. Lembu Kanigoro mengikut jejaknya, untuk berguru di bawah bimbingan Wali Songo di Demak. Prabu Brawijaya V yang pada masa hidupnya berusaha di-Islamkan oleh Wali Songo, para Wali Islam tersebut membujuk Prabu Brawijaya V dengan menawarkan seorang Putri Campa yang beragama Islam untuk menjadi Istrinya.

Berdasarkan catatan sejarah keturunan generasi ke-126 beliau yaitu Ki Padmosusastro, disebutkan bahwa Batoro Katong dimasa kecilnya bernama Raden Joko Piturun atau disebut juga Raden Harak Kali. Beliau adalah salah seorang putra Prabu Brawijaya V dari garwo pangrambe (selir yang tinggi kedudukannya).

Walaupun kemudian Prabu Brawijaya sendiri gagal untuk di-Islamkan, tetapi perkawinannya dengan putri Cempa mengakibatkan meruncingnya konflik politik di Majapahit. Diperistrinya putri Cempa oleh Prabu Brawijaya V memunculkan reaksi protes dari elit istana yang lain. Sebagaimana dilakukan oleh seorang punggawanya bernama Pujangga Anom Ketut Suryongalam. Seorang penganut Hindu, yang berasal dari Bali.

Tokoh yang terakhir ini, kemudian desersi untuk keluar dari Majapahit, dan membangun peradaban baru di tenggara Gunung Lawu sampai lereng barat Gunung Wilis, yang kemudian dikenal dengan nama Wengker (atau Ponorogo saat ini). Ki Ageng Ketut Suryangalam ini kemudian di kenal sebagai Ki Ageng Kutu atau Demang Kutu. Dan daerah yang menjadi tempat tinggal Ki Ageng Kutu ini dinamakan Kutu, kini merupakan daerah yang terdiri dari beberapa desa di wilayah Kecamatan Jetis.

Ki Ageng Kutu-lah yang kemudian menciptakan sebuah seni Barongan, yang kemudian disebut REOG. Dan reog tidak lain merupakan artikulasi kritik simbolik Ki Ageng Kutu terhadap raja Majapahit (disimbolkan dengan kepala harimau), yang ditundukkan dengan rayuan seorang perempuan/Putri Campa (disimbolkan dengan dadak merak). Dan Ki Ageng Kutu sendiri disimbolkan sebagai Pujangga Anom atau sering di sebut sebagai Bujang Ganong, yang bijaksana walaupun berwajah buruk.
Pada akhirnya, upaya Ki Ageng Kutu untuk memperkuat basis di Ponorogo inilah yang pada masa selanjutnya dianggap sebagai ancaman oleh kekuasaan Majapahit. Dan selanjutnya pandangan yang sama dimiliki juga dengan kasultanan Demak, yang nota bene sebagai penerus kejayaan Majapahit walaupun dengan warna Islamnya. Sunan Kalijaga, bersama muridnya Kiai Muslim (atau Ki Ageng Mirah) mencoba melakukan investigasi terhadap keadaan Ponorogo, dan mencermati kekuatan-kekuatan yang paling berpengaruh di Ponorogo. Dan mereka menemukan Demang Kutu sebagai penguasa paling berpengaruh saat itu.

Demi kepentingan ekspansi kekuasaan dan Islamisasi, penguasa Demak mengirimkan seorang putra terbaiknya, yakni yang kemudian dikenal luas dengan Batoro Katong dengan salah seorang santrinya bernama Selo Aji dan diikuti oleh 40 orang santri senior yang lain.

Raden Katong akhirnya sampai di wilayah Wengker, lalu kemudian memilih tempat yang memenuhi syarat untuk pemukiman, yaitu di Dusun Plampitan, Kelurahan Setono, Kecamatan Jenangan. Saat Batoro Katong datang memasuki Ponorogo, kebanyakan masyarakat Ponorogo adalah penganut Budha, animisme dan dinamisme.

Singkat cerita, terjadilah pertarungan antara Batoro Katong dengan Ki Ageng Kutu. Ditengah kondisi yang sama sama kuat, Batoro Katong kehabisan akal untuk menundukkan Ki Ageng Kutu. Kemudian dengan akal cerdasnya Batoro Katong berusaha mendekati putri Ki Ageng Kutu yang bernama Niken Gandini, dengan di iming-imingi akan dijadikan istri.

Kemudian Niken Gandini inilah yang dimanfaatkan Batoro Katong untuk mengambil pusaka Koro Welang, sebuah pusaka pamungkas dari Ki Ageng Kutu. Pertempuran berlanjut dan Ki Ageng Kutu menghilang, pada hari Jumat Wage di sebuah pegunungan di daerah Wringin Anom Sambit Ponorogo. Hari ini oleh para pengikut Kutu dan masyarakat Ponorogo (terutama dari abangan), menganggap hari itu sebagai hari naas-nya Ponorogo.

Tempat menghilangnya Ki Ageng Kutu ini disebut sebagai Gunung Bacin, terletak di daerah Bungkal. Batoro Katong kemudian, mengatakan bahwa Ki Ageng Kutu akan moksa dan terlahir kembali di kemudian hari. Hal ini dimungkinkan dilakukan untuk meredam kemarahan warga atas meninggalnya Ki Ageng Kutu.

Setelah dihilangkannya Ki Ageng Kutu, Batoro Katong mengumpulkan rakyat Ponorogo dan berpidato bahwa dirinya tidak lain adalah Batoro, manusia setengah dewa. Hal ini dilakukan, karena Masyarakat Ponorogo masih mempercayai keberadaan dewa-dewa, dan Batara. Dari pintu inilah Katong kukuh menjadi penguasa Ponorogo, mendirikan istana, dan pusat Kota, dan kemudian melakukan Islamisasi Ponorogo secara perlahan namun pasti.

Pada tahun 1486, hutan dibabat atas perintah Batara Katong, tentu bukannya tanpa rintangan. Banyak gangguan dari berbagai pihak, termasuk makhluk halus yang datang. Namun, karena bantuan warok dan para prajurit Wengker, akhirnya pekerjaan membabat hutan itu lancar.

Lantas, bangunan-bangunan didirikan sehingga kemudian penduduk pun berdatangan. Setelah menjadi sebuah Istana kadipaten, Batara Katong kemudian memboyong permaisurinya, yakni Niken Sulastri, sedang adiknya, Suromenggolo, tetap di tempatnya yakni di Dusun Ngampel. Oleh Katong, daerah yang baru saja dibangun itu diberi nama Prana Raga yang berasal atau diambil dari sebuah babad legenda "Pramana Raga". Menurut cerita rakyat yang berkembang secara lisan, Pono berarti Wasis, Pinter, Mumpuni dan Raga artinya Jasmani. sehingga kemudian dikenal dengan nama Ponorogo.

Kesenian Reog yang menjadi seni perlawanan masyarakat Ponorogo mulai di eliminasi dari unsur-unsur pemberontakan, dengan menampilkan cerita fiktif tentang Kerajaan Bantar Angin sebagai sejarah reog. Membuat kesenian tandingan, semacam jemblungan dan lain sebagainya. Para punggawa dan anak cucu Batoro Katong, inilah yang kemudian mendirikan pesantren-pesantren sebagai pusat pengembangan agama Islam.

Dalam konteks inilah, keberadaan Islam sebagai sebuah ajaran, kemudian bersilang sengkarut dengan kekuasaan politik. Perluasan agama Islam, membawa dampak secara langsung terhadap perluasan pengaruh, dan berarti juga kekuasaan. Dan Batoro Katong-lah yang menjadi figur yang diidealkan, penguasa sekaligus ulama.

Beliau kemudian dikenal sebagai Adipati Sri Batoro Katong yang membawa kejayaan bagi Ponorogo pada saat itu, ditandai dengan adanya prasasti berupa sepasang batu gilang yang terdapat di depan gapura kelima di kompleks makam Batoro Katong dimana pada batu gilang tersebut tertulis candrasengkala memet berupa gambar manusia, pohon, burung ( Garuda ) dan gajah yang melambangkan angka 1418 aka atau tahun 1496 M.

Batu gilang itu berfungsi sebagai prasasti "Penobatan" yang dianggap suci. Atas dasar bukti peninggalan benda-benda purbakala tersebut dengan menggunakan referensi Handbook of Oriental History dapat ditemukan hari wisuda Batoro Katong sebagai Adipati Kadipaten Ponorogo, yakni pada hari Ahad Pon Tanggal 1 Bulan Besar, Tahun 1418 saka bertepatan dengan Tanggal 11 Agustus 1496 M atau 1 Dzulhijjah 901 H. Selanjutnya tanggal 11 Agustus ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Ponorogo.

Batoro Katong dikenal memiliki sebuah pusaka tombak bernama Kyai Tunggul Naga. Tombak ini memiliki pamor kudung, tangkainya dari sulur pohon jati dan terdapat ukiran naga, dengan ukuran panjang kira-kira 60 cm.

Ada dua versi tentang asal muasal tombak pusaka tersebut. Yang pertama versi keturunan Demang Kutu Ki Ageng Suryangalam dan versi Babad Ponorogo.

Versi keturunan Demang Kutu, menyebutkan bahwa tombak Kyai Tunggul Naga dulunya milik Ki Ageng Suryangalam yang menjadi demang di Kutu. Dimana, Demang Suryangalam yang sebelumnya pujangga di istana Majapahit pergi meninggalkan istana karena kecewa. Nasehat-nasehatnya untuk menata negeri Majapahit tidak didengarkan oleh Prabu Kertabhumi. Menjelang runtuhnya kerajaan besar itu, keadaan negeri semrawut, bobrok. Banyak gerakan separatis ingin memisahkan diri dari Majapahit.

Sikap oposan Demang Suryangalam ini membuat Prabu Kertabhumi marah, ia kemudian menyuruh salah seorang puteranya yang bernama Raden Batara Katong untuk menangkap Demang Suryangalam. Setelah berhasil mengalahkan Demang Kutu, Raden Batara Katong kemudian memiliki tombak Kyai Tunggul Naga. Adapun tombak itu aslinya berasal dari Tuban, pusaka Adipati Tuban Ranggalawe. Tombak Kyai Tunggul Naga dikenal sebagai pusaka yang ampuh.

Sedang menurut versi Babad Ponorogo, tombak Kyai Tunggul Naga diperoleh Batara Katong dari hasil bersemadi di sebuah tanah lapang tanpa rumput sehelai pun yang disebut ara-ara. Waktu itu Ponorogo masih disebut Wengker. Raden Batara Katong ditemani oleh Ki Ageng Mirah, Patih Seloaji dan Jayadipa. Dari ara-ara itu didapatkan tombak Kyai Tunggul Naga, payung dan sabuk.

Sampai saat ini, nama Batoro Katong, di abadikan sebagai nama Stadion dan sebuah jalan utama Ponorogo. Batoro Katong-pun selalu di ingat pada peringatan Hari Jadi Ponorogo, tanggal 1 Suro. Pada saat itu, pusaka tumbak Kara Welang di kirab dari makam Batoro Katong di kelurahan Setono, Kota Lama, menuju Pendopo Kabupaten. Menurut Amrih Widodo (1995), pusaka sebagai artefact budaya memang seringkali diangkat statusnya oleh kekuasaan pemerintah lokal, sebagai totems, suatu yang secara sengaja di keramatkan dan menjadi simbol identitas lokal.
Hal inilah yang menunjukkan Batoro Katong memang tak bisa lepas dari alam bawah sadar masyarakat Ponorogo, dan menjadi simbol masa lalu (sejarah) sekaligus bagian dari masa kini. Batoro Katong bukan sekedar bagian dari realitas masa lalu, namun adalah bagian dari masa kini. Hidup di alam hiperealitas, dan menjadi semacam belief yang boleh emosi, keyakinan, kepercayaan masyarakat. Mengutip The Penguin Dictionary of Psycology, Niniek L.Karim mendefinisikan belief sebagai penerimaan emosional terhadap suatu proposisi, pernyataan dan doktrin tertentu.

Bagi kalangan tokoh-tokoh muslim tradisional, Batoro Katong tidak lain adalah peletak dasar kekuasaan politik di Ponorogo, dan lebih dari itu seorang pengemban misi dakwah Islam pertama. Posisinya sebagai penguasa sekaligus ulama pertama Ponorogo inilah yang menjadi menarik untuk dilacak lebih jauh, terutama dalam kaitan membaca wilayah alam bawah sadar yang menggerakkan kultur politik kalangan pesantren, khususnya elit-elitnya (kyai dan para pengasuh pesantren) di Ponorogo.

Alam bawah sadar inilah yang menurut psikolog Freudian, dominan menggerakkan perilaku manusia. Dan alam bawah sadar ini terbentuk dari tumpukan keyakinan, nilai, trauma-trauma yang terjadi dimasa lalu, yang kemudian hidup terus di bawah kesadaran individu dan suatu masyarakat dari waktu ke waktu.

Bagi masyarakat Ponorogo, Batoro Katong adalah tokoh dan penguasa pertama yang paling legendaris dalam masyarakat Ponorogo. Sampai saat ini Batoro Katong adalah simbol kekuasaan politik yang terus dilestarikan oleh penguasa di daerah ini dari waktu ke waktu. Tidak ada penguasa Ponorogo, yang bisa melepaskan dari figur sejarah legendaris ini.

0 komentar:

Posting Komentar

LABEL

kajian (71) koplo (52) KEJAWEN (32) PALAPA (22) HOUSE MIX NONSTOP (20) KOPLO RELIGI (17) KOPLO SERA (17) KOPLO MONATA (14) PENGAJIAN UMUM (14) RAMADHAN (14) RGS (12) sejarah (11) TEMBANG KENANGAN (10) campursari (10) KOPLO ELECTON (9) gending (9) saridin (9) KOPLO NEW COBRA (7) KOPLO SONATA (6) SEJARAH ISLAM (6) TOPRAK (6) KOPLO PANTURA (5) FAKTA DALAM ISLAM (4) IMSAKIYAH RAMADHAN (4) KOPLO LOKAL PONOROGO (4) KOPLO MUSTIKA (4) TIPS (4) dangdut (4) KOPLO AVITA (3) KOPLO RD 26 (3) KOPLO TEPOS (3) SYA'BAN/RUWAH (3) radio streaming (3) ASSALAM RELIGI (2) JARANAN SAFITRI PUTRO (2) KOPLO KANAYA (2) KOPLO NIRWANA (2) KOPLO ONE PALLAPA (2) KOPLO PRIMA (2) KOPLO SABHARA (2) KOPLO SAKATTO (2) KOPLO SAVANA (2) KOPLO SUFEDA (2) LIRIK SHOLAWAT (2) MONATA RELIGI (2) MOTIVASI (2) PALLAPA RELIGI (2) RGS RELIGI (2) SHOLAT (2) 10 JEMBATAN TERPANJANG DI DUNIA (1) 10 JEMBATAN TERPANJANG DI INDONESIA (1) 10 NEGARA TERAMAH DI DUNIA (1) 10 SAMUDRA TERLUAS DI DUNIA (1) 10 SUNGAI TERPANJANG DI DUNIA (1) 10 TEMPAT WISATA KEBANGGAAN INDONESIA YANG TERKENAL DI DUNIA (1) 15 PENEMUAN PERTAMA DI DUNIA (1) ADI LARAS RELIGI (1) AKHIR ZAMAN (1) AL BAROKAH RELIGI (1) AL HATI RELIGI (1) AL HIDAYAH RELIGI (1) AL LADUNI RELIGI (1) AL MUNAJAT RELIGI (1) AMPEL'S RELIGI (1) ANGIN PUTIH BELIUNG (1) ANJENITA RELIGI (1) ARSADA RELIGI (1) ASSYIFA RELIGI (1) BIANGLALA (1) BRICK BRIKAN (1) DAFTAR KEPALA NEGARA DI DUNIA (1) DAFTAR NAMA DANAU DAN WADUK DI INDONESIA (1) DAFTAR NAMA DESA DAN KODE POS DI PONOROGO (1) DAFTAR NAMA KOTA DAN KABUPATEN DI JAWA TIMUR (1) DAFTAR NAMA NAMA ANAK HEWAN (1) DAFTAR NAMA NAMA BANDARA DI INDONESIA (1) DAFTAR NAMA NAMA GUNUNG DI INDONESIA (1) DAFTAR NAMA NAMA MATA UANG DUNIA (1) DAFTAR NAMA NAMA NEGARA DAN IBU KOTANYA (1) DAFTAR NAMA NAMA STADION SEPAK BOLA DI INDONESIA BESERTA KOTA DAN KAPASITAS PENONTON SEKALIGUS KANDANG DARI KLUBNYA (1) DAFTAR NAMA PONDOK PESANTREN DAN ALAMATNYA DI PONOROGO (1) DANGDUT GT JTV SURABAYA (1) DANGDUT JTV (1) DELAPAN SUNGAI TERKENAL DI INDONESIA (1) DHAYANG (1) DHENTA RIA RELIGI (1) DO'A (1) Download dan lirik lagu TAMPANI DHUWITE Cipt.Dalang poer (1) Download lagu TAMPANI DHUWITE Cipt.Dalang poer (1) EL ROSNAWA RELIGI (1) EL SHINTA RELIGI (1) EVIE TAMALA DAN KH AAD AINURUSSALAM (1) FIFA World Cup 2014 DI BRASIL (1) GOYANGO REK (1) HABIB SYEH (1) IDUL FITRI (1) JADWAL IMSAKIYAH RAMADHAN 2014M/1435H (1) JADWAL IMSYAKIYAH RAMADHAN 1436 H / 2015 M (1) JADWAL MOTOGP 2013 (1) JADWAL PERTANDINGAN PIALA DUNIA FIFA World Cup 2014 DI BRASIL JADWAL PERTANDINGAN PIALA DUNIA 2014 (1) JARANAN CITRA BUANA JOMBANGAN (1) JARANAN KUDA BIRAWA (1) JARWO DHOSOK (1) JENENG JENENGE GODONG UTAWO NAMA NAMA DAUN (1) JENENGE ANAK ANAK KEWAN (1) JENENGE ISINE WOH WOHAN UTOWO NAMA NAMA ISI BUAH BUAHAN (1) JENENGE KEMBANG UTOWO NAMA NAMA KEMBANG (1) JENENGE PENTILE WOH WOHAN UTOWO NAMA NAMA BUAH BUAHAN YANG MASIH MUDA (1) JENGKAL PANUWUN RELIGI (1) KAKANG KAWAH RELIGI (1) KALIMOSODO RELIGI (1) KATA KATA DALAM DUNIA MAYA (1) KEUNIKAN KUNANG KUNANG (1) KHOSIDAH CAMPURSARI DJANDHUT (1) KODE AREA TELPON NEGARA DI DUNIA (1) KOPLO ARSIKA (1) KOPLO AXARA (1) KOPLO BALADEWA (1) KOPLO BINARIA (1) KOPLO DIANA (1) KOPLO KI SABRANG (1) KOPLO MADEWA (1) KOPLO MAHKOTA (1) KOPLO NAWANTA (1) KOPLO NEW MAHKOTA (1) KOPLO NEW TW (1) KOPLO OHMABBA (1) KOPLO PANDJALU (1) KOPLO PANORAMA (1) KOPLO PATROLAN (1) KOPLO PERSADA PROBOLINGGO (1) KOPLO PUTRA DEWA ROCK DANGDUT (1) KOPLO RADESTA (1) KOPLO RATNA ANTIKA (1) KOPLO RENA KDI (1) KOPLO RKM (1) KOPLO SAGITA (1) KOPLO SAHARA PROBOLINGGO (1) KOPLO WALI BAND (1) KOPLO WARAS (1) KUSUMA LARAS (1) Kode Plat Nomor kendaraan Bermotor Indonesia (1) LANGEN BUDOYO RELIGI (1) MANDALLA MUSIC PURWANTORO (1) MEKAR SARI DAN TABLA MUSIK (1) MQ TEBU IRENG (1) MUSIK HOLIC (1) NADA UTAMA RELIGI PONOROGO (1) NAMA KOTA SE INDONESIA (1) NAMA NAMA BUPATI PONOROGO (1) NAMA NAMA SUNGAI DI INDONESIA (1) NEOSARI (1) NEW COBRA RELIGI (1) NGAJI BERSAMA MBAH BOLONG/KH NUR HADI (1) NIKMAT HIDUP (1) PADANG BULAN 2 (1) PAKAIAN (1) PALAPA RELIGI (1) PEDANG LEGENDARIS DUNIA (1) PERIBAHASA JAWA (1) PONPES SUNAN DRAJAD RELIGI (1) PRIMA RELIGI (1) PRIMAVERA (1) PUASA (1) PUSPITO LARAS DANGDUT CAMPURSARI (1) PUTRA DEWA RELIGI (1) Pandowo fm Tulungagung Jawa Timur (1) QOSIDAH ANAK (1) RAJAB (1) REBANA DARUSSALAM (1) RENDYSKA (1) RISBA RIA RELIGI (1) ROLLIESTA (1) RUMAH ADAT (1) SAHARA TIMUR RELIGI (1) SAREY DUT DAN MARGOJATI JOLOSUTRO (1) SAWUNGGALING RELIGI (1) SEKAR JAGAD RELIGI (1) SEKAR MAYANG (1) SENJATA TRADISIONAL (1) SERA RELIGI (1) SHOUTUL FATA RELIGI (1) SUKU DI INDONESIA (1) SYI'IRAN WALI VOLUME 2 (1) SYI'IRAN WALI VOLUME 3 (1) TAKBIRAN (1) TARIAN (1) WAHANA RIA RELIGI (1) ZUHRIYA NADA RELIGI (1) didi kempot (1) facebook (1) full dangdut 24 jam (1) lagu nasional (1) lirik lagu TAMPANI DHUWITE Cipt.Dalang poer (1) lirik lagu campursari didi kempot prapatan sleko (1) pas fm Tulungaung (1) prapatan sleko mediun (1) remaja (1) suara giri fm gresik (1) wijaya fm surabaya (1)